19 November 2008

MENJADI LEKTOR

Menjadi Lektor: Membawakan Sabda Tuhan
a. Peranan
•Petugas resmi: dalam liturgi, lektor merupakan petugas resmi yang melaksanakan tugas tertentu, yakni membacakan sabda Tuhan agar didengarkan oleh seluruh umat yang hadir. Ciri “resmi” itu dapat dilihat dari: tempatnya yang tertentu yakni di mimbar sabda, waktunya yang tertentu, dan bahan bacaan yang pasti. Mengingat tugasnya yang penting, maka lektor semestinya dipilih dan dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. 
• Sejarah: sebelum Konsili Vatikan II peran lektor hanya dijalankan oleh orang-orang yang dilantik saja. Pada umumnya mereka yang dilantik adalah para calon imam atau para biarawan sehingga pelantikan lektor tergolong dalam tahbisan tingkat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sejarah, peran lektor sangat dijunjung tinggi. Konsili Vatikan II membuka kemungkinan bagi umat awam untuk menjalankan peran ini.
• Kelompok Lektor: di banyak tempat peran lektor ini juga didukung dengan dikembangkannya kelompok lektor. Di dalam kelompok ini para lektor mendapat kesempatan untuk meningkatkan pengenalan mereka akan kitab suci yang selalu dibacakannya, sekaligus untuk berlatih meningkatkan ketrampilan. Kiranya ini merupakan contoh yang baik untuk dikembangkan, kelompok lektor sekaligus menjadi kelompok kitab suci.

b. Praktek Membacakan Kitab Suci
1) Bagaimana mendapatkan bahan bacaan?
(1) Melihat kalendarium liturgi dan setelah tahu masa liturginya baru mencari buku lektionarium yang bersangkutan (lihat daftar lectionarium di atas).
(2) Kalau tidak tersedia lektionarium, dari kalender liturgi langsung dicari perikope yang ditunjuk sesuai kitab, bab dan ayatnya.

2) Bagaimana membacakan kutipan dari lectionarium?
• Yang wajib dibacakan bagi umat adalah sumber bacaan, yaitu: Pembacaan diambil dari kitab Keluaran. Setelah itu langsung dibacakan bacaannya. Petunjuk bab dan ayat tidak begitu penting. Tulisan-tulisan yang lain sebenarnya adalah petunjuk bagi pembaca sendiri (Bacaan Pertama), atau petunjuk bagi pengkhotbah (pengantar yang dicetak miring, ayat singkat yang dicetak miring), jadi tidak perlu dibacakan untuk umat. 
• Kalaupun mau dibaca lengkap maka urutannya adalah: Bacaan Pertama – ayat cetak miring – Pembacaan diambil dari ….. – isi bacaan – Demikianlah Sabda Tuhan.
• Bila bacaan sudah tersedia pada teks misa, ketentuannya sama.

3) Bagaimana membacakan kutipan langsung dari Kitab Suci?
• Bila tidak ada lectionarium, bacaan harus dikutip langsung dari kitab suci. Untuk itu ada beberapa catatan khusus. (1) Wajib untuk menyebutkan sumber kutipan tersebut: “Pembacaan diambil dari ……..” (2) Bila awal kutipan tersebut tidak jelas konteksnya maka harus ditambahkan beberapa kata petunjuk secukupnya agar tidak lepas konteks. Misalnya: “Pada suatu hari Tuhan berfirman kepada……, 

4) Kelengkapan apa saja yang diperlukan seorang lektor?
Bahan bacaan, bisa berupa teks, buku lectionarium, atau kitab suci yang sudah dipersiapkan khusus 
(1) mimbar atau tempat pembacaan yang khusus
(2) pakaian yang pantas atau malah khusus, biasanya juga ditambahkan sebuah samir sesuai warna liturgi 
(3) mikrofone, bila ruangan cukup besar, atau bila umat cukup banyak

5) Bagaimana langkah-langkah untuk menyiapkan pembacaan?
(1) menemukan teks yang ditentukan 
(2) membaca keseluruhan secara lancar – sebaiknya dilafalkan dan tidak hanya dalam hati
(3) mengenali jenis teks – kisah, dialog, kotbah dsb. agar bisa menentukan gaya pembacaan 
(4) menemukan inti bacaan – biasanya sudah ditunjuk oleh kutipan bercetak miring 
(5) menemukan bagian-bagian yang merupakan satu kesatuan gagasan
(6) memberi tanda khusus pada akhir alinea, akhir kalimat, koma, jeda serta tempat pernafasan, atau pada kata-kata yang perlu diberi tekanan khusus. Tentu saja tidak dibenarkan mencoret-coret buku misa, maka bila belum ada teks khusus, baik kalau duusahakan sendiri.
(7) membaca kembali secara utuh sambil mengatur ritme.

6) Apa saja yang harus diperhatikan dalam praktek pembacaan?
(1) kelancaran membaca, ini bisa dipersiapkan dengan membaca dan melafalkan bacaan secara berulang-ulang 
(2) kejelasan artikulasi, ini sangat dipengaruhi oleh cara kita membuka mulut, 
(3) frashering atau jeda pernafasan, ini bisa dibangun dengan mencari penggalan yang tepat dan kemudian memberi tanda 
(4) aksentuasi atau pemberian tekanan, dapat dilakukan setelah kita menemukan bagian yang penting yang perlu dipertajam, 
(5) tempo atau kecepatan baca, harus diukur agar membantu pendengar dan membantu pembacaan kita sendiri, 
(6) irama, mesti disesuaikan terutama dengan bentuk kalimat – kalimat berita, kalimat seru, kalimat tanya dsb. 
(7) volume atau keras lemah suara, menyesuaikan dengan luas ruangan dan jumlah pendengar; sekarang kita banyak dibantu dengan sound system yang menuntut kita untuk bisa memanfaatkannya sebaik mungkin, 
(8) komunikasi dengan pendengar, diperlukan karena peran kita adalah membacakan dan bukan sekedar membaca untuk diri sendiri, ini bisa mencakup arah hadap, jangkauan pandangan dan kontak mata 
(9) gerak-gerik dan penampilan yang mendukung kewibawaan sabda Tuhan yang kita bawakan, kita tidak tampil untuk membawakan diri sendiri. Perlu dicermati cara kita berjalan, berlutut, berdiri, memandang, berpakaian, bermake-up dsb. 

7) Adakah tugas lain selain membacakan kitab suci?
Di paroki kita, lektor biasanya juga bertugas memberikan sambutan pembukaan, pengantar tema, membacakan doa umat dan membacakan pengumuman. Untuk pengantar tema dan doa umat, sudah tersedia dalam buku misa (kecuali kalau berbahasa Jawa harus menterjemahkan atau membuat sendiri). 

c. Spiritualitas
• Dari sekian banyak petugas liturgi, agaknya hanya dua saja yang pernah dilakukan oleh Yesus yaitu menjadi imam (dalam perjamuan malam terakhir) dan menjadi lektor (dalam ibadat di Nasaret, Luk 4, 16 – 21). Oleh karena itu kita bisa mengambil inspirasi dari apa yang dilakukan Yesus sendiri ketika menjadi lector, yaitu dalam Luk 4: 16 – 21 (silahkan dibaca…terus disharingkan dalam kelompok)

• Panduan Refleksi:
(1) Kira-kira bagaimana Yesus membacakan bagian kitab suci tadi (penampilannya, nada suaranya, dsb) sehingga dikatakan “mata semua orang tertuju padaNya” ?
(2) Bagaimana hubungan antara Yesus sebagai lektor dengan ayat-ayat kitab suci yang dibacakanNya? 
(3) Dari ayat 18 kita melihat bahwa Yesus dalam menjalankan tugasnya memiliki keyakinan bahwa dirinya dipilih, dipercaya dan diurapi oleh Roh Tuhan untuk menyampaikan kabar baik. 
a. Perasaan apa yang menyertai kita saat membacakan sabda Tuhan? 
b. Keyakinan apa yang kita pegang untuk melaksanakan peran ini?
(4) Dari seluruh teks tersebut, peran apa saja yang kiranya dituntut dari seorang lektor?



2 komentar:

Anonim mengatakan...

trims Rm. Kris. Artikel in sangat berguna bagi saya dan rekan. BD

Anonim mengatakan...

matur nuwun romo. resepnya cekak aos, padat bermutu plus ada nilai spiritual liturgisnya (tidak cuma teknis).

berkah Dalem.