08 Desember 2008

masuk usia angka 3

PUNAKAWAN 
PESTA ULANG TAHUN GARENG

Sudah ditetapkan tanggalnya yaitu 09 Desember 2008 Keluarga Panakawan mau merayakan pesta ulangtahun Gareng. Sebagai langkah awal, satu keluarga: Semar, Petruk dan Bagong, juga Gareng saling berembug untuk mempersiapkan pestanya.
Semar : anak-anakku, mungkin kalian punya usul untuk pesta ulang tahun adik kalian…Gareng?
Bagong : Gini..pak!, gimana kalo….kita nanggap wayang wahyu ala cah enom. Dusun kita khan punya kelompok wayang, kebetulan juga ini khan tahun kaum muda..diberdayakan aza! (sambil bicara kayak orang gaul…)
Nampaknya mereka langsung setuju usulan Bagong (hebat juga usulnya!)
Semar : nGGer..anakku Gareng sing bagus.. dhewe! kira-kira sapa yg mau kita undang!
Gareng : Mmm…….bingung lah, Pak. Kula manut mawon! 
Petruk : nggg…..anu pak!…semua warga dusun! Biar hebohhhh dan meriah kayak pesta hari Rabo kemarin itu! And kita bisa menunjukkan kalo kita kaya….raya! (begitu Petruk berkata dengan semangatnya).
Semar : jangan gitu ‘truk….kita semua khan lagi krisis….masa’ mau pesta besar-besaran…. yang sederhana aja donk….solider..solider… !!!!
Petruk : nggak gitu pak…biar kerennnnn!
Akhirnya diputuskan sepihak, pesta dibuat meriah hingga anggarannya habis jutaan rupiah. Selang sehari kemudian, Sedewa yang mendengar mau ada gawe di rumah Semar, tanya ke tetangga, tapi nggak ada jawaban memuaskan… semuanya, “mboh…ya”. Akhirnya..dia tanya kepada Petruk.
Sedewa : Bener ya Truk, bapakmu punya gawe???
Petruk : ’tul mas! Meriah lagi (…coba kalo merah..lebih meriah he…!)
Sedewa : Petruk..petruk..kenapa mesti meriah…kita semua lagi krisis, larang sandhang pangan, banyak bencana, teror dan lain-lain. Koq ya masih dengan bangga pesta meriah…mbok ya yang sederhana saja.
Petruk : ya mboh…mas. Itu khan usulnya Bagong.
Lantas Sedewa kebetulan bertemu dengan Bagong, kemudian bertanya kepadanya.
Sedewa : ‘Gong….kamu ya yang ngusulken pesta meriah ini, ya?
Gareng : ah…nggak tuch, siapa yang bilang. Petruk yang usul begitu!
Ah..gimana anak-anak ini, koq saling tuding dan tuduh…apa nggak isa rendah hati dikit apa! (guman Sedewa). Hari yang ditetapkan tibalah sudah. Tetapi, ternyata..yang bekerja hanya Gareng dan bagong…sedangkan Petruk malah..hanya surah-suruh aza! Bagong dan Gareng sampe kelelahan bekerja, lari ke sana ke mari mempersiapkan segala-sesuatunya.”Huh….menyebalkan!” guman Gareng dan Bagong.

20 November 2008

TALENTA

Edisi: Minggu Biasa XXXIII No: 29/XI/2008
   
Mat 25:14-30: Hari Penghakiman

Perumpamaan mengenai talenta dalam Mat 25:14-30 berawal dengan kisah tentang orang yang mempercayakan hartanya kepada para hambanya karena ia akan lama bepergian ke luar negeri. Dan jumlah uang yang ditinggalkannya itu amat besar. Satu talenta nilainya 10.000 dinar dan satu dinar itu waktu itu upah sehari pekerja harian. Apabila mau dibandingkan dengan upah sehari kabupaten Sukoharjo, misalnya. Upah sehari setara dengan Rp 21.400,- Ini berarti satu talenta setara dengan Rp 214.000.000,- jumlah yang tidak sedikit, bukan?
Pendengar waktu itu langsung menangkap arah perumpamaan ini, yakni kepercayaan yang luar biasa besarnya dari pihak pemilik kepada para hambanya. Dan memang perumpamaan ini lebih bercerita mengenai sang pemberi daripada mengenai mereka yang menerima. Dari 16 ayat dalam petikan ini, 10 ayat dipakai untuk menggambarkan tindakan serta kata-kata sang tuan dan hanya 6 ayat dikhususkan bagi hamba-hambanya.
Orang itu mempercayakan miliknya kepada tiga orang hambanya. Ia mengenal kemampuan mereka satu persatu dengan baik. Injil mengutarakannya dengan ungkapan "...masing-masing menurut kesanggupannya." Begitulah pemilik tadi merasa aman dapat menitipkan hartanya kepada orang-orang yang dekat yang sungguh dikenalnya. Ia percaya mereka akan menjaganya dengan sebaik-baiknya dan mau menjalankan uangnya. Ia berharap akan tetap beruntung, di luar negeri dan di tanah sendiri. Perusahaannya akan tetap berjalan.

Tajuk Pepadhang:

B.E.R.A.N.I B.E.R.U.B.A.H….
B.E.R.A.N.I B.E.R.B.U.A.H…..!!!!

Perumpamaan yang disampaikan Yesus pada hari minggu ini memuat ajakan agar orang berani memikirkan kembali anggapan mengenai siapa itu Tuhan dan bagaimana mendapat perkenannya. Dan kiranya memang itulah maksud Yesus dengan perumpamaan tersebut. Maklum bagi pendengarnya pada waktu itu Tuhan Allah dialami sebagai yang menuntut dan akan murka dan menghukum bila umatnya tidak menuruti hukum-hukumNya. Itulah teologi yang dulu dirasa jitu di kalangan para pemimpin (ahli Taurat, para imam) dan orang-orang yang dianggap benar dan menganggap diri benar (kaum Farisi). Tuhan tidak mendapat ruang untuk tampil dengan wajah kebapaan. Dia dikurung dalam teologi picik hamba yang mendapat satu talenta itu.
Tahukah orang yang akan bepergian ke luar negeri itu bahwa di antara hambanya yang dipercayainya itu ada yang tidak bakal banyak berbuat? Tentunya ya. Walaupun demikian, ia tetap berharap hambanya itu bisa berkembang. Dan tuan tadi - kini bisa kita pakai untuk mengerti siapa Tuhan sebenarnya - berani mengambil risiko. Siapa tahu hamba yang begitu itu nanti berubah. Tuhan berani memberi kesempatan kepada orang yang sebenarnya dikenal tidak akan berbuat banyak. Maukah kita juga berubah….berubah untuk menghasilkan buah?
Kita diberi talenta…setiap orang dianugerahi kelebihan, kekuatan, kekurangan dan kelemahan. Dan Tuhan tahu semua tentang kita….persoalannya tinggal satu: apakah kita mau menjadi dua hamba yang mengusahakan talenta itu hingga menghasilkan buah ataukah kita menjadi seorang hamba yang hanya akan menyimpan talenta itu dan tidak mau mengembangkannya? Berkah Dalem.

Inspirasi Pepadhang:

HARTA WARISAN

  Dua bersaudara dari keluarga yang berkecukupan. Setelah kematian kedua orang tuanya, mereka kini harus membagi harta warisan yang ditinggalkan. Namun setelah harta tersebut dibagikan, kedua bersaudara ini tidak pernah hidup rukun dan damai. Sang kakak menuding bahwa adiknya mewarisi lebih banyak dari yang dimilikinya. Sang adik juga menuding hal yang sama terhadap kakaknya, bahwa sang kakak memiliki harta warisan lebih banyak dari yang diwarisinya. Keduanya saling menuding bahwa pembagian harta tersebut tidaklah adil dan seimbang. 
  Mereka sudah melewati berbagai proses hukum, namun tetap saja persoalan mereka tak dapat diatasi secara memuaskan. Semua nasihat tak pernah berhasil. Semua keputusan seakan tawar. Keduanya tak dapat menerima semua nasihat dan keputusan yang diberikan. Setelah mencari dan mencari akhirnya mereka menemukan seorang guru yang bijak. Kedua bersaudara tersebut datang ke hadapannya denganharapan bahwa duri yang selama ini menusuk daging dan menghancurkan hubungan persaudaraan mereka dapat dikeluarkan. 
  Sang bijak bertanya kepada sang kakak; "Anda yakin bahwa harta yang dimiliki adikmu melebihi warisan yang engkau terima?" Sang kakak dengan penuh yakin menjawab; "Sungguh demikian!" Sang bijak lalu berpaling kepada sang adik dan mengulangi pertanyaan yang sama; "Anda yakin bahwa kakakmu mewarisi harta peninggalan orang tua lebih dari pada yang anda peroleh?" Dengan keyakinan yang sama sang adik menjawab; "Ya demikianlah!" 
  Sang bijak lalu memberikan sebuah perintah kepada keduanya; "Kumpulkan semua harta yang telah diterima masing-masing dan serahkan itu kepada yang lain." Sang kakak menyerahkan semua harta warisan yang diperolehnya kepada adiknya, demikian pula sang adik menyerahkan harta warisan yang diperolehnya kepada sang kakak. Dan sejak itu tak ada lagi pertentangan karena harta warisan di antara mereka berdua. 
----------------------------------------------------
Kita senantiasa mengira bahwa nasib orang lain selalu lebih baik dari diri sendiri, bahwa orang lain lebih diberkati Tuhan dari pada diri kita sendiri. Kita lupa bahwa Tuhan mencintai setiap insan dengan cinta yang sama. Kita mungkin hanya mampu melihat berkat yang kelihatan yang dimiliki orang lain, namun lupa untuk melihat berkat-berkat berlimpah yang diberikan Tuhan atas diri kita namun sulit dilihat oleh kasat mata. Lihatlah dirimu dari sudut pandangan yang lain, maka anda akan dipenuhi keharuan dan rasa syukur yang mendalam. Tuhan mencintaimu!

Mutiara pepadhang minggu ini:

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.



19 November 2008

MENJADI LEKTOR

Menjadi Lektor: Membawakan Sabda Tuhan
a. Peranan
•Petugas resmi: dalam liturgi, lektor merupakan petugas resmi yang melaksanakan tugas tertentu, yakni membacakan sabda Tuhan agar didengarkan oleh seluruh umat yang hadir. Ciri “resmi” itu dapat dilihat dari: tempatnya yang tertentu yakni di mimbar sabda, waktunya yang tertentu, dan bahan bacaan yang pasti. Mengingat tugasnya yang penting, maka lektor semestinya dipilih dan dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. 
• Sejarah: sebelum Konsili Vatikan II peran lektor hanya dijalankan oleh orang-orang yang dilantik saja. Pada umumnya mereka yang dilantik adalah para calon imam atau para biarawan sehingga pelantikan lektor tergolong dalam tahbisan tingkat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sejarah, peran lektor sangat dijunjung tinggi. Konsili Vatikan II membuka kemungkinan bagi umat awam untuk menjalankan peran ini.
• Kelompok Lektor: di banyak tempat peran lektor ini juga didukung dengan dikembangkannya kelompok lektor. Di dalam kelompok ini para lektor mendapat kesempatan untuk meningkatkan pengenalan mereka akan kitab suci yang selalu dibacakannya, sekaligus untuk berlatih meningkatkan ketrampilan. Kiranya ini merupakan contoh yang baik untuk dikembangkan, kelompok lektor sekaligus menjadi kelompok kitab suci.

b. Praktek Membacakan Kitab Suci
1) Bagaimana mendapatkan bahan bacaan?
(1) Melihat kalendarium liturgi dan setelah tahu masa liturginya baru mencari buku lektionarium yang bersangkutan (lihat daftar lectionarium di atas).
(2) Kalau tidak tersedia lektionarium, dari kalender liturgi langsung dicari perikope yang ditunjuk sesuai kitab, bab dan ayatnya.

2) Bagaimana membacakan kutipan dari lectionarium?
• Yang wajib dibacakan bagi umat adalah sumber bacaan, yaitu: Pembacaan diambil dari kitab Keluaran. Setelah itu langsung dibacakan bacaannya. Petunjuk bab dan ayat tidak begitu penting. Tulisan-tulisan yang lain sebenarnya adalah petunjuk bagi pembaca sendiri (Bacaan Pertama), atau petunjuk bagi pengkhotbah (pengantar yang dicetak miring, ayat singkat yang dicetak miring), jadi tidak perlu dibacakan untuk umat. 
• Kalaupun mau dibaca lengkap maka urutannya adalah: Bacaan Pertama – ayat cetak miring – Pembacaan diambil dari ….. – isi bacaan – Demikianlah Sabda Tuhan.
• Bila bacaan sudah tersedia pada teks misa, ketentuannya sama.

3) Bagaimana membacakan kutipan langsung dari Kitab Suci?
• Bila tidak ada lectionarium, bacaan harus dikutip langsung dari kitab suci. Untuk itu ada beberapa catatan khusus. (1) Wajib untuk menyebutkan sumber kutipan tersebut: “Pembacaan diambil dari ……..” (2) Bila awal kutipan tersebut tidak jelas konteksnya maka harus ditambahkan beberapa kata petunjuk secukupnya agar tidak lepas konteks. Misalnya: “Pada suatu hari Tuhan berfirman kepada……, 

4) Kelengkapan apa saja yang diperlukan seorang lektor?
Bahan bacaan, bisa berupa teks, buku lectionarium, atau kitab suci yang sudah dipersiapkan khusus 
(1) mimbar atau tempat pembacaan yang khusus
(2) pakaian yang pantas atau malah khusus, biasanya juga ditambahkan sebuah samir sesuai warna liturgi 
(3) mikrofone, bila ruangan cukup besar, atau bila umat cukup banyak

5) Bagaimana langkah-langkah untuk menyiapkan pembacaan?
(1) menemukan teks yang ditentukan 
(2) membaca keseluruhan secara lancar – sebaiknya dilafalkan dan tidak hanya dalam hati
(3) mengenali jenis teks – kisah, dialog, kotbah dsb. agar bisa menentukan gaya pembacaan 
(4) menemukan inti bacaan – biasanya sudah ditunjuk oleh kutipan bercetak miring 
(5) menemukan bagian-bagian yang merupakan satu kesatuan gagasan
(6) memberi tanda khusus pada akhir alinea, akhir kalimat, koma, jeda serta tempat pernafasan, atau pada kata-kata yang perlu diberi tekanan khusus. Tentu saja tidak dibenarkan mencoret-coret buku misa, maka bila belum ada teks khusus, baik kalau duusahakan sendiri.
(7) membaca kembali secara utuh sambil mengatur ritme.

6) Apa saja yang harus diperhatikan dalam praktek pembacaan?
(1) kelancaran membaca, ini bisa dipersiapkan dengan membaca dan melafalkan bacaan secara berulang-ulang 
(2) kejelasan artikulasi, ini sangat dipengaruhi oleh cara kita membuka mulut, 
(3) frashering atau jeda pernafasan, ini bisa dibangun dengan mencari penggalan yang tepat dan kemudian memberi tanda 
(4) aksentuasi atau pemberian tekanan, dapat dilakukan setelah kita menemukan bagian yang penting yang perlu dipertajam, 
(5) tempo atau kecepatan baca, harus diukur agar membantu pendengar dan membantu pembacaan kita sendiri, 
(6) irama, mesti disesuaikan terutama dengan bentuk kalimat – kalimat berita, kalimat seru, kalimat tanya dsb. 
(7) volume atau keras lemah suara, menyesuaikan dengan luas ruangan dan jumlah pendengar; sekarang kita banyak dibantu dengan sound system yang menuntut kita untuk bisa memanfaatkannya sebaik mungkin, 
(8) komunikasi dengan pendengar, diperlukan karena peran kita adalah membacakan dan bukan sekedar membaca untuk diri sendiri, ini bisa mencakup arah hadap, jangkauan pandangan dan kontak mata 
(9) gerak-gerik dan penampilan yang mendukung kewibawaan sabda Tuhan yang kita bawakan, kita tidak tampil untuk membawakan diri sendiri. Perlu dicermati cara kita berjalan, berlutut, berdiri, memandang, berpakaian, bermake-up dsb. 

7) Adakah tugas lain selain membacakan kitab suci?
Di paroki kita, lektor biasanya juga bertugas memberikan sambutan pembukaan, pengantar tema, membacakan doa umat dan membacakan pengumuman. Untuk pengantar tema dan doa umat, sudah tersedia dalam buku misa (kecuali kalau berbahasa Jawa harus menterjemahkan atau membuat sendiri). 

c. Spiritualitas
• Dari sekian banyak petugas liturgi, agaknya hanya dua saja yang pernah dilakukan oleh Yesus yaitu menjadi imam (dalam perjamuan malam terakhir) dan menjadi lektor (dalam ibadat di Nasaret, Luk 4, 16 – 21). Oleh karena itu kita bisa mengambil inspirasi dari apa yang dilakukan Yesus sendiri ketika menjadi lector, yaitu dalam Luk 4: 16 – 21 (silahkan dibaca…terus disharingkan dalam kelompok)

• Panduan Refleksi:
(1) Kira-kira bagaimana Yesus membacakan bagian kitab suci tadi (penampilannya, nada suaranya, dsb) sehingga dikatakan “mata semua orang tertuju padaNya” ?
(2) Bagaimana hubungan antara Yesus sebagai lektor dengan ayat-ayat kitab suci yang dibacakanNya? 
(3) Dari ayat 18 kita melihat bahwa Yesus dalam menjalankan tugasnya memiliki keyakinan bahwa dirinya dipilih, dipercaya dan diurapi oleh Roh Tuhan untuk menyampaikan kabar baik. 
a. Perasaan apa yang menyertai kita saat membacakan sabda Tuhan? 
b. Keyakinan apa yang kita pegang untuk melaksanakan peran ini?
(4) Dari seluruh teks tersebut, peran apa saja yang kiranya dituntut dari seorang lektor?



ANAK TERLIBAT - ANAK HEBAT

Anak merupakan anugrah Tuhan yang patut kita syukuri dan kita pelihara. Seperti kita ketahui, masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam pekembangan pribadi seorang manusia, baik perkembangan fisik, jiwa dan tentu saja perkembangan iman. Anak-anak pada zaman ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi yang membawa banyak pengaruh terhadap penghayatan hidup beriman. Oleh karena itu, Gereja Katolik secara khusus ingin membina iman anak sejak dini dalam suatu wadah yang dikenal dengan istilah PIA atau Pendampingan Iman Anak.
Gereja Katolik memiliki empat bidang kegiatan yang dapat menjadi tanda dan sarana keterlibatan umat untuk pengembangan Gereja yaitu bidang kemsyarakatan, pewartaan, liturgi dan peribadatan serta paguyuban dan tata organisasi. Lalu, PIA masuk bidang yang mana? Ternyata usut punya usut, PIA termasuk dalam kelompok kategorial yang merupakan wujud dari pengembangan gereja. Meskipun selama ini di beberapa paroki, termasuk di paroki kita, PIA termasuk dalam bidang pewartaan.
Dalam perkembangannya kegiatan PIA lebih dikenal dengan istilah Sekolah Minggu. Hal itu disebabkan kegiatan PIA dilaksanakan pada hari Minggu dan di kebanyakan gereja model kegiatannya seperti sekolah, yaitu pendamping memberikan materi kepada anak-anak. Pertanyaannya, apakah kegiatan-kegiatan yang selama ini berjalan di PIA telah cukup membina iman anak-anak kita?? Jawabannya, belum tentu. Ternyata banyak masalah-masalah yang muncul dalam pendampingan iman anak. Istilah ”Sekolah Minggu” adalah salah satu masalahnya. Selama enam hari anak ’kan udah sekolah, masak hari Minggu sekolah juga? Hal tersebut secara tidak langsung sudah membebani anak-anak kita. Masalah lain yang sering dihadapi oleh para pendamping PIA adalah anak-anak yang asyik sendiri selama kegiatan PIA, misalnya jalan kesana-kemari, maen-maen sendiri ataupun asyik dengan kegiatannya sendiri. Yach, wajarlah namanya juga anak. Selain itu, materi yang diberikan membosankan sehingga anak lebih suka maen sendiri. Lalu.....,bagaimana solusinya??
Membina iman anak sebenarnya dapat dilakukan dengan sederhana. Dalam hal ini perlu diingat bahwa pendamping iman anak yang utama dan terutama adalah orang tua. Orang tua dapat membina iman anak sejak kecil dengan mengajak anak berdoa bersama dalam keluarga, membaca kitab suci dan mengajak anak untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Selama ini yang terjadi di beberapa Paroki, orang tua mengikuti perayaan Ekaristi Minggu pagi, sementara anak mengikuti kegiatan PIA. Anak-anak baru diajak masuk ke dalam gereja untuk menerima ”KOMUNI BATHUK”. Hal ini merupakan kesalahan besar. Sudah semestinya anak dibiasakan mengikuti perayaan Ekaristi dari awal hingga akhir. Bukankah Tuhan Yesus bersabda ”Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” (Markus 10:14). Ga’ masalah jika di dalam gereja anak ribut sendiri, jalan kesana-kemari. Namanya juga anak, yang penting adalah keteladanan dari orang tua dalam mengikuti perayaan Ekaristi. Diharapkan dengan terbiasa mengikuti Perayaan Ekaristi, anak-anak mendapatkan buah-buah kebaikan dalam kehidupannya.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk membina iman anak adalah dengan melibatkan anak dalam kegiatan lingkungan. Apalagi pada bulan Mei ini, paroki kita mulai menerapkan Gereja Berbasis Lingkungan. Jadi, biarkan anak ikut terlibat dalam lingkungan. Contohnya, kalau ada ibadat di Lingkungan, libatkan anak untuk membaca kitab suci atau membaca doa. Kalau ada umat lingkungan yang sakit, ajak anak untuk menjenguk dan mendoakan. Mau terlibat di Paroki itu biasa. Kalau mau terlibat di lingkungan, baru LUAR BIASA. Ga’ mau terlibat sama sekali?? APA KATA DUNIA????
Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan untuk membina iman anak, misalnya dengan membacakan kisah orang-orang Kudus, mengajak anak untuk mau berbagi dengan sesama, maupun dengan banyak cara yang lain. Namun, apalah artinya semuanya itu tanpa kerjasama yang baik antara orang tua selaku pendamping utama iman anak, para umat di lingkungan dan paroki serta para pendamping PIA. Marilah kita semua semakin melibatkan anak-anak kita dalam kehidupan beriman Kristiani baik dalam lingkungan keluarga, gereja maupun masyarakat supaya anak-anak kita semakin hebat tidak hanya dari segi fisik maupun kecerdasan, tetapi juga semakin hebat dalam kehidupan imannya sehingga gereja pun semakin berkembang dalam tugasnya untuk memberitakan Injil Yesus. Amin. (Deena).

Pepadhang: Kristus raja semesta alam

Saudari-saudara, terkasih! 
Digambarkan dalam Mat 25:31-46 bagaimana pada akhir zaman nanti Anak Manusia datang sebagai raja untuk menghakimi semua bangsa. Keselamatan diberikan kepada mereka yang berbuat baik kepadaNya ketika Ia lapar, haus, tak ada kenalan, telanjang, sakit, bahkan dipenjara. Mereka yang tak punya kepedulian akan tersingkir. Mereka tidak menyadari bahwa perlakuan kepada salah satu dari saudaraNya yang paling hina sama dengan perbuatan terhadapNya sendiri. Bagaimana memahami ajaran Injil yang dibacakan pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam ini? 
Pengajaran Yesus ini ditemukan dalam sumber yang tidak dikenal Markus maupun Lukas. Juga Yohanes tidak menyebutnya. Bahan itu kemudian ditaruh oleh Matius bersama dengan beberapa pembicaraan lain mengenai akhir zaman dalam bab 24-25 dengan penyesuaian di sana sini. Ada sisipkan perumpamaan Anak Manusia memisahkan bangsa-bangsa seperti "gembala memisahkan domba dari kambing" (Mat 25:32). Maksudnya, penghakiman itu bukan semena-mena. 
Ia mengenal mereka sebagai gembala mengenal kawanannya satu per satu. Ia tahu siapa yang membiarkan diri diberkati. Seperti domba-domba, mereka ini akan diberinya tempat aman di sebelah kanannya. Tetapi yang menyukai kekerasan - seperti kambing - akan dijauhkannya. 

Tajuk Pepadhang:

Apakah Mat 25:31-46, itu ramalan? Sama sekali bukan bila yang dimaksud ialah "pengetahuan gaib tentang masa depan". Yang hendak disoroti ialah keadaan yang sedang berlangsung kini. Begini, kita biasa memahami masa sekarang sebagai kelanjutan dan akibat peristiwa-peristiwa masa lampau. Nah, dalam petikan ini semuanya digeser ke depan dan dengan demikian dapat menjadi pengarahan dan harapan. Jadi keadaan sekarang ini ialah "masa lampaunya" kejadian "kelak" yang digambarkan dalam petikan ini. 
Namun pengertian mengenai jalannya sejarah tidak seperti mesin, bila begini pasti begitu. Ada unsur yang tidak termasuk hukum-hukum perjalanan waktu, yakni kehadiran Yang Ilahi. KehadiranNya bisa memberi arah baru pada sejarah kemanusiaan dengan cara-cara yang tidak kita duga sama sekali. Baru kita sadari setelah terjadi. Dan yang didengarkan hari ini ada dalam arah itu. Kehadiran Yang Ilahi itu dibicarakan dengan memakai gagasan tampilnya "Anak Manusia" dalam kemuliaannya tapi yang tidak langsung dikenali. Orang bertanya "Kapan kami melihatmu...? 
"Anak Manusia" di sini berhubungan erat dengan Dan 7:13. Di situ Daniel melihat ada sosok yang "seperti anak manusia" datang mengarah kepada Yang Mahakuasa untuk menerima kuasa atas bumi dan langit. Lihat, kuasa ini diberikan bukan kepada malaikat, atau makhluk ilahi, melainkan kepada tokoh yang memiliki ciri-ciri sebagai manusia itu. Dan tentangnya dikatakan "mengarah" ke Yang Mahakuasa. Inilah kemanusiaan yang terbuka bagi keilahian, tidak menutup diri atau malah mau menyainginya. Semua ini ikut disampaikan dalam pengajaran Yesus dalam petikan Injil hari ini. Anak Manusia tampil sebagai yang kini menduduki tahta kemuliaannya tetapi tetap mengarahkan diri kepada Yang Mahakuasa. Dalam ay. 34 ia malah terang-terangan menyebutNya sebagai Bapa yang telah menyiapkan tempat bagi mereka yang diberkati. 

Inspirasi Pepadhang:

Masuk Kerajaan Mana

Konon sebuah kisah. Seorang raja mengunjungi sebuah Sekolah Dasar (SD) dan berbicara dengan para murid yang ada di sekolah tersebut. Hal ini tentu hal yang biasa yang sering dilakukan para pastor kalau mengunjungi kelompok anak-anak. Sambil menggenggam sebongkah batu sang raja bertanya kepada para murid yang hadir; “Ini masuk kerajaan mana?” Serentak anak-anak berteriak; “Mineral!!” 
Sang Raja lalu menunjuk kepada bunga-bunga indah yang ada dalam pot sambil bertanya; “Yang ini masuk kerajaan mana?” Sekali lagi dengan penuh antusias dan rasa percaya diri anak-anak berteriak; “Tumbuh-tumbuhan!!” 
 Sang raja berdiri dekat jendela yang terbuka lebar memperhatikan burung-burung yang terbang riang di luar sana. Ia lalu menghunjukan jemarinya ke arah burung udara tersebut dan bertanya; “Mereka masuk kerajaan mana??” Tanpa keraguan sedikitpun anak-anak menjawab hampir serentak; “Binatang..!!” 
Sang raja berdiri menghadap para murid tersebut. Ia nampak puas dengan jawaban yang telah mereka berikan. “Anda semua sudah memberikan jawaban yang amat memuaskan. Kini pertanyaan yang terakhir” Kata sang raja. Sambil menunjuk dirinya ia bertanya; “Aku masuk kerajaan yang mana??” 
Semua anak pada diam..!! Suatu pertanyaan yang tak harus dijawab serentak, tetapi pertanyaan yang harus diletakan di dalam hati kita masing-masing untuk direnungkan. Kita masuk dalam kerajaan mana??? Dan siapakah “Raja” kita yang memerintah?? 

   
Kotak Berisi Kasih

Satu hari ketika Si Indah membeli beberapa gulung kertas bungkusan hadiah, Romi yang masih kecil dan manja sekali, meminta satu gulung. "Untuk apa?" tanya si Indah. "Untuk bungkus hadiah" jawab si kecil.
"Jangan dibuang-buang ya" pesan Indah, sambil memberikan satu gulungan kecil. 
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali si kecil sudah bangun dan membangunkan Indah, "nDah, Indah........ ada hadiah untuk kamu." Si Indah yang masih menggeliat, matanya pun belum lagi terbuka sepenuhnya menjawab, "Sudahlah.... nanti nanti saja." Tetapi si kecil pantang menyerah, "Indah....., bangun Indah, udah pagi." "Eh... kenapa ganggu Indah, sich... masih terlalu pagi lagi untuk bangun." Indah pun dengan agak malas-malasan bangun karena hari itu libur tidak masuk kerja. Indah memandang sebuah bungkusan yang telah dibalut dengan kertas pembungkus yang diberikan semalam. "Hadiah apa ini?" Tanya Si Indah. "Hadiah hari Ulangtahun untuk Indah. Bukalah, buka sekarang."
Dan si Indah pun membuka bungkusan itu. Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong. Tidak berisi apa pun juga. "Eh.. kenapa kosong?? Tak ada isi di dalamnya. Kan Indah udah bilang jangan buang - buang kertas bungkusan kadonya. Mubazir khan". Si kecil menjawab, "Tidak, Indah....., ada isinya tuh... Tadi kan, Romi udah masukkan banyak sekali ciuman untuk Indah."
Si Indah merasa terharu, dia mengangkat adiknya. Dipeluk dan diciumnya. "Romi, Indah belum pernah menerima hadiah seindah ini. Indah akan selalu menyimpan hadiah ini.
Indah akan bawa dalam hari-hari Indah dan sekali-sekali kalau perlu ciuman Romi, Indah akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya!" Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apa-apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi. Apa yang terjadi?
Walaupun kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata Indah, namun di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan tetap menganggapnya sebuah kotak kosong.



Mutiara pepadhang minggu ini:

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan, manakala kebencian membawa kepada kemusnahan. 
-Mahatma Ghandi-