19 November 2008

ANAK TERLIBAT - ANAK HEBAT

Anak merupakan anugrah Tuhan yang patut kita syukuri dan kita pelihara. Seperti kita ketahui, masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam pekembangan pribadi seorang manusia, baik perkembangan fisik, jiwa dan tentu saja perkembangan iman. Anak-anak pada zaman ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi yang membawa banyak pengaruh terhadap penghayatan hidup beriman. Oleh karena itu, Gereja Katolik secara khusus ingin membina iman anak sejak dini dalam suatu wadah yang dikenal dengan istilah PIA atau Pendampingan Iman Anak.
Gereja Katolik memiliki empat bidang kegiatan yang dapat menjadi tanda dan sarana keterlibatan umat untuk pengembangan Gereja yaitu bidang kemsyarakatan, pewartaan, liturgi dan peribadatan serta paguyuban dan tata organisasi. Lalu, PIA masuk bidang yang mana? Ternyata usut punya usut, PIA termasuk dalam kelompok kategorial yang merupakan wujud dari pengembangan gereja. Meskipun selama ini di beberapa paroki, termasuk di paroki kita, PIA termasuk dalam bidang pewartaan.
Dalam perkembangannya kegiatan PIA lebih dikenal dengan istilah Sekolah Minggu. Hal itu disebabkan kegiatan PIA dilaksanakan pada hari Minggu dan di kebanyakan gereja model kegiatannya seperti sekolah, yaitu pendamping memberikan materi kepada anak-anak. Pertanyaannya, apakah kegiatan-kegiatan yang selama ini berjalan di PIA telah cukup membina iman anak-anak kita?? Jawabannya, belum tentu. Ternyata banyak masalah-masalah yang muncul dalam pendampingan iman anak. Istilah ”Sekolah Minggu” adalah salah satu masalahnya. Selama enam hari anak ’kan udah sekolah, masak hari Minggu sekolah juga? Hal tersebut secara tidak langsung sudah membebani anak-anak kita. Masalah lain yang sering dihadapi oleh para pendamping PIA adalah anak-anak yang asyik sendiri selama kegiatan PIA, misalnya jalan kesana-kemari, maen-maen sendiri ataupun asyik dengan kegiatannya sendiri. Yach, wajarlah namanya juga anak. Selain itu, materi yang diberikan membosankan sehingga anak lebih suka maen sendiri. Lalu.....,bagaimana solusinya??
Membina iman anak sebenarnya dapat dilakukan dengan sederhana. Dalam hal ini perlu diingat bahwa pendamping iman anak yang utama dan terutama adalah orang tua. Orang tua dapat membina iman anak sejak kecil dengan mengajak anak berdoa bersama dalam keluarga, membaca kitab suci dan mengajak anak untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Selama ini yang terjadi di beberapa Paroki, orang tua mengikuti perayaan Ekaristi Minggu pagi, sementara anak mengikuti kegiatan PIA. Anak-anak baru diajak masuk ke dalam gereja untuk menerima ”KOMUNI BATHUK”. Hal ini merupakan kesalahan besar. Sudah semestinya anak dibiasakan mengikuti perayaan Ekaristi dari awal hingga akhir. Bukankah Tuhan Yesus bersabda ”Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” (Markus 10:14). Ga’ masalah jika di dalam gereja anak ribut sendiri, jalan kesana-kemari. Namanya juga anak, yang penting adalah keteladanan dari orang tua dalam mengikuti perayaan Ekaristi. Diharapkan dengan terbiasa mengikuti Perayaan Ekaristi, anak-anak mendapatkan buah-buah kebaikan dalam kehidupannya.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk membina iman anak adalah dengan melibatkan anak dalam kegiatan lingkungan. Apalagi pada bulan Mei ini, paroki kita mulai menerapkan Gereja Berbasis Lingkungan. Jadi, biarkan anak ikut terlibat dalam lingkungan. Contohnya, kalau ada ibadat di Lingkungan, libatkan anak untuk membaca kitab suci atau membaca doa. Kalau ada umat lingkungan yang sakit, ajak anak untuk menjenguk dan mendoakan. Mau terlibat di Paroki itu biasa. Kalau mau terlibat di lingkungan, baru LUAR BIASA. Ga’ mau terlibat sama sekali?? APA KATA DUNIA????
Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan untuk membina iman anak, misalnya dengan membacakan kisah orang-orang Kudus, mengajak anak untuk mau berbagi dengan sesama, maupun dengan banyak cara yang lain. Namun, apalah artinya semuanya itu tanpa kerjasama yang baik antara orang tua selaku pendamping utama iman anak, para umat di lingkungan dan paroki serta para pendamping PIA. Marilah kita semua semakin melibatkan anak-anak kita dalam kehidupan beriman Kristiani baik dalam lingkungan keluarga, gereja maupun masyarakat supaya anak-anak kita semakin hebat tidak hanya dari segi fisik maupun kecerdasan, tetapi juga semakin hebat dalam kehidupan imannya sehingga gereja pun semakin berkembang dalam tugasnya untuk memberitakan Injil Yesus. Amin. (Deena).

Tidak ada komentar: